Penat sekali hari itu. Apalagi dikungkung oleh terik dan keramaian dalam kelas. Kring kring ... Inilah yang menghilangkan penat. Yup, bel sekolah, yuhu ... “Rilla, saatnya ke Kampus UnHas. Yuhu ketemu Kak Neni lagi !!!”, seruku kepada Rilla. Turun dari angkot menuju ke Kosan Kak Neni juga adalah hal yang membahagiakan bagi kami. “Tok tok”, bunyi pintu kak Neni ketika kami ketok. “Masuk dek, buka aja”, teriak Kak Neni. Entah kenapa waktu itu Kak Neni punya ide bertanya kepadaku. “Dek, kamu mau jadi seperti siapa?". "Mau jadi seperti kakak, hehe", jawabku polos. "Hmm. Itu terlalu rendah Dek, jangan seperti kakak. Kamu harus bercita-cita menjadi seperti Aisyah, Fatimah, Khadijah, atau Shohabiyah lain, OK?", pesan Kak Neni. "Hehe". Mau sih, tapi ga mudah π. Danke ya kak atas pesan kakak waktu itu. Itu baru 1 dari sekian banyak π. Danke juga buat Rilla π Danke juga buat Musliha, Inggi, dan Iin. Pinjam tangan ka nahπ. Ja...
Manusia tidak bisa terlepas dari tiga naluri kemanusiaannya, tak terkecuali dengan nalurinya untuk melestarikan keturunan (garizatun nau’). Sehingga, berkeluarga adalah hal yang didamba. Tidak ada pasangan yang memulai membangun rumah tangga tanpa menginginkan sakinah, mawaddah, dan warohmah. Semua pasangan menginginkan rumah tangganya menjadi rumah tangga yang ideal. Namun, pada faktanya masih banyak keluarga yang jauh dari kata ideal. Alasan perseteruan atau problematika kompleks dalam keluarga tidak kunjung berakhir, atau setidaknya berkurang. Kondisi seperti ini membuat beberapa orang merasa perlunya negara dan agama mengambil peran dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Beberapa anggota DPR dari berbagai partai, misalnya. Mereka mengajukan RUU Ketahanan Keluarga yang menjadi ramai diperbincangkan, setelah masuk ke dalam Prolegnas 2020. Tentunya kemunculan RUU Ketahanan Keluarga ini tidak terlepas dari tuaian pro dan kontra. Arus opini kontra mengalir begitu d...
Komentar
Posting Komentar